Meladeni Timnas U-19 Bulgaria, Pasukan Shin Tae-yong Tak Cukup Skill



Pada akhirnya, publik sepak bola nasional bisa melihat serta memandang seberapa jauh perubahan Tim nasional U-19 semenjak di besut Shin Tae-yong (STy), serta terlihat jela dalam pertandingan pertama itu, pemain yang di turunkan tidak cukup kemampuan untuk melayani musuh.

Serta, selanjutnya, seperti perkiraan banyak faksi, Witan serta teman-teman harus kalah dari Tim nasional U-19 3 gol tanpa ada balas.
Walau sebenarnya, untuk menang tiga gol atas Indonesia serta kalah 2-3 dari Kroasia, Bulgaria cuma perlu waktu satu atau 2 hari untuk menyebut serta kumpulkan pemainnya. Tidak sama dengan Tim nasional U-19 Indonesia yang telah dididik dalam pemfokusan latihan di Jakarta serta Kroasia dalam hitungan beberapa puluh hari serta sudah habiskan budget yang cukup banyak.

Walau semenjak awal, STy tetap mengelak jika sebelum dan setelah pertandingan masih persisten tidak mempersoalkan kekalahan tim nasional U-19 dari Bulgaria sebab masih juga dalam proses, saya pikirkan publik sepak bola nasional bisa memandang Tim nasional U-19 atas pertandingan pertama itu.

Tetapi, kembali lagi fakta STy tetap sama jika team masih berproses sebab materi latihan dengan intensif tinggi. STy juga memberi penilaian jika beberapa pemain telah memperlihatkan usaha kerasnya di laga versi Bulgaria.

Belum telat serta stop mengelak

Atas pertunjukkan pertandingan versi Bulgaria, lepas dari fakta serta program STy untuk Tim nasional U-19, saya menulis banyak hal hasil dari pertandingan itu,

Pertama, STy belum mengetahui benar tipikal pemain U-19 Indonesia. Dapat dibuktikan, dalam pertandingan pertama STy mainkan beberapa pemain anyar yang masih tetap jauh dari jam terbang serta miskin pengalaman laga sah internasional. Ringkas pemain eksper yang di turunkan cuma 4 orang yang levelnya memang Tim nasional Indonesia, yakni Witan, Ridho, David, serta Yudha. Serta Witan juga baru masuk dengan David dkk, sesaat Yudha bukan pilihan penting waktu David cs di besut Fakhri Husaini.

Tidak pahamnya STy atas tipikil pemain yang diambil, serta beberapa pemain yang mempunyai tipikal serta oke dalam kemampuan juga justru telah dicoret oleh STy. Ini benar-benar beresiko buat persiapan Tim nasional ke depan, karena jadi kontradiksi dengan arah STy membuat Tim nasional andal. STy tidak dapat menantang kehendak serta memaksa diri dengan kayakinannya pada pemain yang berada di Tim nasional U-19 saat ini, sebab saya katakan, dalam pertandingan versi Bulgaria saja, lebih dari setengah pemain yang di turunkan, belum masuk ke level pemain Tim nasional.

Ke-2, apa tanda belum masuk level pemain Tim nasional nya? Walau STy terus beralasan masih proses serta baru memberi latihan fisik, belum masuk pada latihan strategial, lalu memberikan instruksi beberapa pemain untuk bermain bertahan, benar-benar terlihat pemain yang dipercayai turun benar-benar jauh dari keinginan dalam kemampuan serta tehnik.

Perebutan bola pemain yang di turunkan benar-benar loyo. Baik passing, control, dan lain-lain. Benar-benar gampang hilang bola serta benar-benar terlihat pemain jadi seperti tidak pintar.

Walau mungkin STy belum memberi pengetahuan tehnik serta strategi dalam pertandingan itu, semestinya pemain bisa menunjukkan diri, jika mereka bermain di Tim nasional. Jadi, jika langkah bermain seperti demikian, Team ini dinyatakan bertambah jelek dari Tim nasional bentukan Fakhri.

Sia-sia fisik kuat, tetapi pemain tidak mempunyai cukup modal dalam kemampuan serta pengalaman.

Ke-3, perkembangan skema 4-3-3 jadi 4-4-2 jadi fakta jika irama permainan Tim nasional Indonesia terlihat tidak jelas.

Itu tiga catatan yang sangat menonjol dalam pertandingan pertama Tim nasional U-19 yang bisa diambil kesimpulan jika dalam pertandingan itu, STy sudah turunkan pemain yang jauh dari ekspetasi sebab ketidakjelasan STy yang dalam pada pemain Indonesia U-19, yang serta banyak dibuang.

Apa saja fakta STy, pemain yang di turunkan memanglah belum masuk kelompok pemain yang semestinya ada di level Tim nasional Indonesia.

Jika situasi ini akan kembali lagi dipaksakan oleh STy, karena itu pada pertandingan selanjutnya, pasti publik tetap lihat pemain Tim nasional yang semakin banyak lari memburu musuh yang kuasai bola dengan benar-benar bermutu. Lalu, kembali lagi jaga wilayah serta bertahan, selanjutnya beberapa gol akan bersarang di gawang, tanpa ada dapat memberi perlawanan.

Mudah-mudahan saja catatan saya salah, atau mungkin saya masih terngiang-ngiang dengan Tim nasional bentukan Fakhri Husaini yang dipenuhi pemain berbakat serta kemampuan oke serta paling baik di Indonesia.

Serta, saya harus bersabar menanti proses pembangunan pemain Tim nasional U-19 ala STy yang walau telah beberapa bulan diolah, pelajarannya masih bergelut pada materi fisik. Lalu, harus bersabar menunggu Tim nasional bermain lebih bagus dari team awalnya serta tetap harus nikmati Tim nasional kalah walau cuma pertandingan tidak sah.

Pendapat saya, dengan gelontoran dana miliaran, STy harus cepat mengetahui, jika scuad yang sekarang diasuhnya, benarkah itu pemain yang perlu ada di Tim nasional U-19? Karena, apa saja yang akan dilaksanakan STy untuk scuad yang berada di Kroasia, dengan popularitasnya, STy tidak kemungkinan segampang membalik telapak tangan dengan cara instant membuat Tim nasional hebat cuma dengan modal fisik serta mental tanpa ada kemampuan pemain yang bermutu.

Telah dapat dibuktikan, dalam pertandingan pertama, publik sepak bola nasional seperti sedang melihat laga bukan Tim nasional. Semestinya, dengan fisik yang makin kuat, pemain kita tidak cuma banyak lari, memburu bola, serta benar-benar gampang kehilangan bola.

Seumpama STy tidak memberi perintah menyinggung perebutan bola baik dengan cara individu atau team, tidakkah pemain bisa memperagakannya di atas lapangan sebab jelas, taktik yang diaplikasikan ialah bermain bertahan serta serbuan balik. Bagaimana ingin lakukan serbuan balik? Pemain bertahan seringkali lakukan sepakan sapu bersih asal ke depan. Bola balik dikendalikan musuh. Waktu pemain kita pegang bola, benar-benar gampang diambil serta umpannya benar-benar gampang bisa dibaca, dan lain-lain.

Kurang lebih, bagaimana perkembangan pada pertandingan selanjutnya melayani Kroasia yang sukses mengalahkan Arab Saudi 4-3? Kita nantikan.




 

Postingan populer dari blog ini

fibers as well as can easily get to accelerations of five hundred meters

whose geographic structures facilitated pirate attacks.

Genocide is often rooted in the way that one nation